• Jumat, 29 September 2023

Kampanye Anti-Bullying Melalui Seni Kabaret

- Minggu, 9 Oktober 2016 | 15:01 WIB

BANDUNG - Bentuk pelecehan atau intimidasi (bullying) masih banyak terjadi di era informasi terbuka saat ini, baik yang terlihat dalam postingan social media maupun di kehidupan sehari-hari.

Bullying terhadap fisik dan mental di kalangan pelajar ataupun generasi penerus bangsa, dikhawatirkan menyebabkan kemunduran mental masyarakat Indonesia tatkala dibutuhkan mentalitas yang kuat dan kepercayaan diri yang tinggi di tengah persaingan global.

Merespon hal itu, sekumpulan anak muda kreatif Bandung dalam AfterWorkProject bersama Bosmat Kabaret dan Sanggar Ananda, berkolaborasi dengan abgienterprise serta dukungan penuh Nan Hijab, berinisiasi menyuguhkan pagelaran kabaret.

Dengan tajuk “Ada Gajah di Atas Langit”, pagelaran kabaret komedi musical tersebut melibatkan anak muda yang penuh semangat, enerjik, dan kreatif untuk dapat mengajak dan menginspirasi kalangan anak muda.

Pementasan ini akan melibatkan sekitar 150 orang pemeran serta kru yang berasal dari Bosmat Kabaret dan Sanggar Ananda dengan disutradarai Dimas Tri Aditiyo dan Argin Hasta, dua anak muda yang juga tergabung di belakang layar grup parodi P-Project.

Sutradara Kabaret “Ada Gajah di AtasLangit” Argin Hasta mengatakan pihaknya ingin membuat sebuah pertunjukan kabaret yang menghibur sekaligus mendidik yang tetap enak ditonton oleh semua kalangan.

“Kabaret saat ini belum familiar di masyarakat. Nah di pementasan perdana ini kami ingin menunjukan bahwa cabaret adalah sebuah karya yang bisa dinikmati semua kalangan masyarakat,” ujarnya saat konferensi pers, Sabtu (8/10/2016).

Kisah cinta monyet yang tumbuh hingga menjadi cinta sejati miliknya orang dewasa dihantarkan melalui karakter bernama Langit dan Jingga, siap membawa para penonton dalam suasana romantisme cinta yang segar dan unik dengan inti cerita berfokus pada isu bullying.

“Dikemas menjadi sebuah sajian drama kabaret yang menghibur dan pastinya akan membuat baper [bawa perasaan],” sebut sutradara Dimas Tri Aditiyo.

Hal unik dan berbeda, dalam pementasan cabaret “Ada Gajah di Atas Langit”, ending kisahnya bias penonton tentukan sendiri, dimana akan ada tiga chapter yang berbeda sesuai isi perjalanan hidup Langit yang tumbuh dewasa.

Hingga nanti saat puncaknya, penonton sendiri yang akan menentukan ending dari ceritanya akan dibawa kemana. Hingga penonton yang sudah terbawa suasana akan merasakan pengalaman yang berbeda ketika menonton pagelaran kabaret ini.

Pagelaran “Ada Gajah di AtasLangit” akan dilaksanakan dua hari, Sabtu dan Minggu, 15 dan 16 Oktober 2016 bertempat di Teater tertutup Dago Tea House. Harga tiket Pre-sale Rp30.000,-danOn The Spot Rp40.000,-.

Tidak hanya itu, akan tampil ICONS (yang dulu bernama 7 ICONS) yang akan turut bermain dalam kabaret “Ada Gajah di Atas Langit”, serta Devasya dua anak berbakat pemain cello dan biola yang juga akan turut meramaikan pagelaran ini.

“Semoga setelah menyaksikan pagelaran kabaret kami, masyarakat Bandung bias terbuka pandangannya, bahwa  satu hal kecil bias membuat sesuatu yang besar. Apalagi tentang kasus bullying yang bias mengubah kepribadian seseorang. STOP BULLYING AND START LOVING!” tutur Dimas.

Creative Director abgienterprise Gifar Abisena memandang pagelaran cabaret sudah mulai jarang dipentaskan sebagai pementasan tunggal dan hanya ramai di basis komunitasnya yakni di sekolah-sekolah sebagai ekstrakurikuler.

“Lebih sering saya lihat cabaret menjadi hiburan selingan. Dan hadirnya pagelaran ‘Ada Gajah di Atas Langit’ adalah hal berani dan pendobrak. Kami turut berkolaborasi menyukseskan pagelaran ini,” sebutnya.

Dia menyatakan Kota Bandung sebagai kota yang kaya akan kreativitas anak muda telah pernah melahirkan kelompok-kelompok drama musical seperti AAP, Potret, serta yang cukup tenar yaitu P-Project.

Menurut dia, pertunjukan cabaret sebagai seni pertunjukan—turunandari drama teater—yang bias lebih “luwes” menyampaikan message (pesan)-nya ke masyarakat luas karena memiliki kemasan hiburan yang mudah dinikmati dan dicerna.

Sales Manager Nan Hijab Dedy Priyono menyatakan keterlibatan pihaknya merupakan salah satu bentuk kepedulian, serta rasa bangga perusahaannya terhadap perkembangan kreativitas seni anak muda Bandung, yang tetap mengandung unsur edukasi.

“Disampaikan melalui drama, sehingga diharapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya akan dapat lebih mudah dicerna sehingga patut mendapat apresiasi dan dukungan penuh,” katanya.

Dia memandang bullying yang menjadi tema pagelaran ini juga menarik karena sering didengar terjadi di generasi muda yang bias membuat korbannya tertutup terhadap lingkungan, berkarakter rendahdiri, minder, dan juga berakibat tidak berkembangnya potensi diri.

TENTANG NAN HIJAB, BOSMAT KABARET, DAN SANGGAR ANANDA
NAN HIJAB adalah perusahaan yang bergerak di bidang muslim fashion retail, didirikan oleh Indarayan dan Usi. NAN HIJAB mulai beroperasi pada bulan Maret 2016 yang berpusat di kota Bandung tepatnya di Jl.Batununggal. Dengan system spread market (perluasan pasar)  melalui channel distribusi yang mencakup: system kerjasama distributor, keagenan, reseller, dan online shopping retail. Dengan komitmen kami yaitu berada lebih dekat dengan masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan muslim fashion bagi muslimah Indonesia.

NAN HIJAB tergolong pemain baru di bisnis industri fashion muslim, akan tetapi terus berupaya untuk dapat menyejajarkan diri dengan pesaing pesaing yang sudah lebih dahulu merambah lini bisnis ini. NAN HIJAB akan selalu menghadirkan produk produk fashion muslim yang berkualitas, nyaman, serta up to date, dengan harga yang terjangkau.

Bosmat Kabaret adalah sebuah ekstrakurikuler di SMA Negeri 7 Bandung yang sudah berdiri cukup lama sejak tahun 1985. Kegiatan teater menjadi awal terbentuknya ekskul ini. Namun seiring perkembangan zaman dan teknologi, Bosmat mulai concern menjadi ekskulkabaret. Di bawah pelatih muda berbakat Dimas Tri Aditiyo dan Argin Hasta sejak tahun 2003, Bosmat sudah menuaikan berbagai prestasi dan juga sajian judul-judul kabaret yang sudah menghibur insan muda di Bandung. Tidak hanya itu, Dimas dan Argin juga tergabung dalam group parody P-Project dan tak jarang Bosmat pun sering mengisi panggung bersama pionir parodi di Bandung itu.

Sanggar Ananda, sebuah sanggar yang mempunyai nama besar juga menelurkan banyak sekali artist, juga presenter kondang di tanah air seperti Olga Syahputra (Alm), Ruben Onsu, Indra Bekti, Dude Herlino, Jessica Mila, Ustd.Jefri (Alm), dan masih banyak lagi nama lainnya, di bawah pimpinan Aditya Gumay, yang berbasis di Jakarta. Sanggar Ananda sendiri mempunyai cabang di Bandung di bawah pimpinan Steven Sakari. Tentu bakat dan kemampuan acting dari murid-murid Sanggar Ananda ini tak perlu ditanya lagi. BNP/Rilis/Yur

Editor: Administrator

Terkini

X