Ritual Mulud Tembong Agung di Leuwihideung Sumedang

- Sabtu, 23 Maret 2013 | 19:59 WIB
Mengarak Golok Pusaka
Mengarak Golok Pusaka

Aroma asap kemenyan begitu menusuk hidung, puluhan batok kelapa yang jadi media pembakaran kemenyan disusun rapi beralaskan tanah. Nuansa mistis begitu kental ketika beberapa orang yang berpakaian serba hitam dan memakai ikat kepala mengeluarkan benda pusaka berupa golok dan tumbak besar dari sebuah rumah penyimpanan barang pusaka tersebut.

Itulah warna tergambar di pagi hari yang cerah pada gelaran Ritual Mulud Tembong Agung di Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Sabtu (9/2/2013). Konon kabarnya Leuwihideung merupakan wilayah kerajaan Sumedang tempo dulu.

Adalah komunitas Sumedang Larang, sang pemrakarsa gelaran tersebut. Sumedang Larang merupakan komunitas yang terus intens dengan gelaran ritual-ritual budaya leluhur. Di pandangan Komunitas Sumedang Larang ritual semacam itu adalah bentuk apresiasi yang besar kepada leluhur Sumedang seperti Kerajaan Tembong Agung. Selain itu sebagai upaya menanamkan kecintaan terhadap budaya-budaya sunda yang hampir punah.

Dimata komunitas Sumedang Larang, meski ritual tersebut merupakan cerminan budaya leluhur dan sudah jarang dilakukan masyarakat, namun tidak menyurutkan mereka untuk terus merawat dan tentunya rutin melaksanakan ritual leluhur di berbagai daerah di Sumedang.

Ritual leluhur itu tak lepas dari makna dan siloka, sehingga bisa membangkitkan sugesti yang positif. Dalam ritual yang dihadiri oleh ratusan komunitas Sumedang Larang yang datang dari berbagai wilayah di Sumedang  dan warga sekitar Leuwihideung itu, berlangsung sejak pagi hari dengan prosesi awal midangkeun atau memperlihatkan benda pusaka berupa golok-golok besar, kemudian berdoa bersama yang tentunya disertai dengan pembakaran sesajen.

Kemudian selanjutnya benda pusaka diarak ke jalan-jalan kampung oleh sesepuh-sesepuh disertai mengucapkan sholawat.

Selain berkeliling kampung, acara pokok ritual dilaksanakan dengan ziarah ke lima makam yang dikeramatkan di wilayah Leuwihidueng, di antaranya makam Embah DiraToa yang terletak di Dusun Lameta, kemudian makan Eyang Jenggot di Dusun Nangkod dan makam Embah Mananti di Kampung Muhara sebagai kampung cikal bakal Kerajaan Tembong Agung.

Dalam sesi terakhir ritual, acara kemudian diisi dengan panahan yakni acara kepiawaian menggunakan panah yang dimiliki anggota Komunitas Sumedang Larang dan terakhir menggelar permainan tradisional Benjat Darat yang banyak menyita perhatian warga. BNP/Nanang Sutisna

Editor: Administrator

Terkini

Puncak Imlek di Klenteng An Tjeng Bio Indramayu

Sabtu, 22 Februari 2014 | 06:58 WIB

Masres, Kesenian Pelosok yang Berusaha Tak Terperosok

Sabtu, 7 Desember 2013 | 16:10 WIB

Citomo "Menolak" Perkembangan

Kamis, 5 Desember 2013 | 10:37 WIB

Hidup di Atas Roda Gila

Sabtu, 23 November 2013 | 11:58 WIB

Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok dan Tanggulan

Sabtu, 26 Oktober 2013 | 20:43 WIB

Kuda Perang dari Lembah Ciremai

Senin, 30 September 2013 | 22:58 WIB

Grebeg Syawal di Astana Gunung Jati Cirebon

Minggu, 25 Agustus 2013 | 17:04 WIB

Pesona Pulau Biawak di Indramayu

Senin, 8 Juli 2013 | 06:57 WIB

Banjir Tahunan Rendam Bandung Selatan

Minggu, 21 April 2013 | 06:20 WIB

Sepatu Motorcross Kelas Dunia Kreasi Anak Negeri

Jumat, 29 Maret 2013 | 19:28 WIB

Kreasi Unik Topeng Bambu

Jumat, 29 Maret 2013 | 06:21 WIB
X