BANDUNGNEWSPHOTO – Masih maraknya konten berita palsu atau hoaks menjadi tantangan di era digital seiring terus meningkatnya penggunaan internet di Indonesia, terutama pada masa pandemi Covid-19.
Menyikapi hal tersebut, Danone Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melakukan inisiatif program edukasi untuk meningkatkan literasi digital, khususnya bagi para jurnalis di Indonesia, sebagai upaya memerangi berita palsu yang tersebar di berbagai portal-portal berita.
Program edukasi dan pelatihan jurnalistik yang bertajuk “Danone Journalist Skill Up: Kelas Kebal Hoaks”, berlangsung secara virtual pada 11 dan 12 April 2022 lalu dengan menargetkan jurnalis dari skala nasional maupun lokal dan juga menggandeng Dewan Pers dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).
Baca Juga: Kapolda Jabar: Jangan Takbiran Keliling, Silakan Penuhi Masjid, Musala dan Surau!
Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi pengguna internet terbesar di dunia. Tren jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat dalam lima tahun terakhir.
Jika dibandingkan dengan tahun 2018, saat ini jumlah pengguna internet nasional sudah melonjak sebesar 54,25% dengan penetrasi internet mencapai 73,7% dari total penduduk pada awal 2022.
Tren peningkatan penggunaan internet tentunya akan sangat membantu masyarakat dalam mengakses informasi, baik untuk kepentingan edukasi, kesehatan, bisnis, maupun hiburan.
Baca Juga: Pantauan Udara, Cikampek-Kalikangkung Ramai Lancar
Sebanyak 80,1% atau 8 dari 10 orang Indonesia beralasan menggunakan internet untuk menemukan informasi.1 Namun, di tengah tren kenaikan pengguna internet, peredaran hoaks atau berita bohong masih menjadi persoalan serius republik ini, karena dampaknya bisa merusak ekonomi, mengganggu proses demokrasi dan membahayakan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data yang dihimpun Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), jumlah hoaks yang tersebar di Indonesia mencapai 2.298 pada 2020. Angka tersebut naik dari tahun 2019 mencapai 1.221 hoaks. Adapun tiga topik utama yang banyak beredar di media sosial adalah terkait kesehatan, politik, dan kriminalitas.
Selama tahun 2021, walaupun jumlah hoaks menurun menjadi 1.888, namun dominasi hoaks masih pada isu kesehatan, khususnya terkait pandemi Covid-19, dan disebarkan paling banyak dalam bentuk campuran antara foto/video dan narasi.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Semuel A. Pangerapan mengatakan, mereka menilai bahwa pemahaman dan pengetahuan tentang dunia internet dan teknologi informasi (literasi digital) sebagai salah satu upaya mencegah penyebaran berita hoaks perlu terus ditingkatkan, yang bisa dimulai dari insan pers sebagai corong sumber informasi yang didapatkan oleh masyarakat.
"Berdasarkan Indeks Literasi Digital Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemkominfo dan Katadata Insight Center (KIC) pada 2021, indeks literasi digital Indonesia masih berada dalam kategori sedang. Oleh karena itu, literasi digital merupakan salah satu pilar penting untuk mengakselerasi transformasi digital demi terwujudnya masyarakat digital Indonesia," katanya.
Artikel Terkait
Bunda Literasi Jabar Ikut Deklarasikan Pelajar Tolak Radikalisme dan Hoaks
Sarling di Pangandaran, Atalia Ajak Pelajar Tangkal Hoaks Virus Corona
Subling di Bogor, Kang Emil Ingatkan Bahaya Hoaks
Jabar Buat SOP Krisis: Penanganan Bencana Lebih Cepat, Informasi Tepat, Warga Terhindar Hoaks
Jabar Saber Hoaks Klarifikasi 54 Hoaks dan Edukasi COVID-19
Ridwan Kamil Ajak Ulama Jabar Tangkal Hoaks
JSH: Hoaks, Pesan Berantai ‘Utusan Gubernur' tentang Lockdown Bandung Raya
Jabar Saber Hoaks Ajak Masyarakat Lawan Hoaks COVID-19 Bersama-sama
Omicron Bisa Sembuh dengan Menghirup Bubuk Jahe, Fakta atau Hoaks? Cek Penjelasannya Disini
Polisi Buru Penyebar Hoaks PAUD Buka Praktik Prostitusi