• Jumat, 22 September 2023

Sespimma Polri Lembang Disambangi 4 Pakar Cyber Crime, Salah Satunya Perwakilan FBI, Ada Apa Gerangan?

- Rabu, 23 November 2022 | 16:02 WIB
Sespimma Polri Lembang disambangi 4 pakar cyber crime, salah satunya perwakilan FBI, Ada Bandungnewsphoto.com/Yurri? (Bandungnewsphoto.com/Yurri Erfansyah)
Sespimma Polri Lembang disambangi 4 pakar cyber crime, salah satunya perwakilan FBI, Ada Bandungnewsphoto.com/Yurri? (Bandungnewsphoto.com/Yurri Erfansyah)

BANDUNGNEWSPHOTO - Saat ini masyarakat harus waspada terhadap konten-konten propaganda berupa konten-konten radikal yang sangat marak di media sosial (medsos).

Hal ini dilakukan untuk mencegah terpaparnya paham-paham itu masuk ke dalam lingkungan keluarga.

Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irjen Pol Ibnu Suhaendra, kepada semua pihak harus  menghentikan ujaran kebencian yang dilakukan di medsos. Karena semua ini berawal dari dalam keluarga.

Baca Juga: Tim Densus 88 Tangkap 13 Teroris di Aceh

"Generasi Z dan milenial lebih dominan memiliki pemahaman radikal ini," ujar Ibnu di acara Seminar Sespimma Angkatan 68 dengan tema Optimalisasi Penanganan Cyber Crime Guna Menangkal Radikalisme dan Intoleransi dalam Rangka Indonesia Maju, di Sespim Polri, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 22 November 2022.

Para narasumber kompeten yang hadir di acara Seminar Sespimma Angkatan 68 dengan tema Optimalisasi Penanganan Cyber Crime Guna Menangkal Radikalisme dan Intoleransi dalam Rangka Indonesia Maju.
Para narasumber kompeten yang hadir di acara Seminar Sespimma Angkatan 68 dengan tema Optimalisasi Penanganan Cyber Crime Guna Menangkal Radikalisme dan Intoleransi dalam Rangka Indonesia Maju. (Bandungnewsphoto.com/Yurri Erfansyah)

Menurut Ibnu, para remaja ini tepatnya, pada usia 20 tahun, banyak terpapar pemahaman radikal ini.

"Penyebarannya, lewat pengajian dan internet. Karena saat ini pola rekrutment paham radikal banyak dilakukan di medsos," paparnya.

Baca Juga: Terungkap, Terduga Teroris di Sukoharjo Ternyata Seorang Dokter

Menurut Ibnu, aksi demo pun berpotensi disusupi kelompok radikal ini untuk menyerang ke pemerintah.

"Biasanya pola penyebarannya lewat pertemanan, kekerabatan dan pernikahan," ujarnya.

Ibnu pun menjelaskan, ada sekitar 23 ibu dan anak-anak yang ingin menjadi pelaku bom bunuh diri. Yakni, 11 orang anak-anak dan 9 ibu-ibu.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap 11 Terduga Teroris di NTB dan Lampung

"Kondisi ini terjadi, sebagai dampak dari internet karena disitu ada buku panduan bagaimana membuat bom bunuh diri," jelasnya.

Halaman:

Editor: Ega Gantina

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X