• Jumat, 29 September 2023

Syafruddin Prawiranegara, Sosok Presiden Indonesia yang Terlupakan

- Kamis, 11 Mei 2023 | 20:51 WIB
Syafruddin Prawiranegara (www.djkn.kemenkeu.go.id)
Syafruddin Prawiranegara (www.djkn.kemenkeu.go.id)

BANDUNGNEWSPHOTO - Setelah memproklamasikan kemerdekan pada 17 Agustus 1945, Indonesia sebagai sebuah negara baru, memerlukan perlengkapan untuk menyiapkan sistem pemerintah yang baik bagi rakyatnya.Namun, Belanda dan sekutu masih belum bisa mengakui kemerdekaan Indonesia tersebut.

Akibatnya, Indonesia harus melanjutkan perjuangannya untuk menentang kehadiran kembali sekutu dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang sudah diproklmasikan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.

Agresi Militer Belanda II terjadi pada 19 Desember 1948. Penyerangan ini mengakibatkan jatuhnya ibu kota negara yang saat itu berada di Yogyakarta ke tangan Belanda.

Baca Juga: Berbahaya dan Mematikan, Menelusuri Sejarah Munculnya HIV/AIDS di Dunia

Belanda pun ikut menangkap Soekarno bersama Hatta dan beberapa menteri lainnya. Indonesia yang telah diproklamasikan sebagai negara merdeka pun beresiko runtuh kembali.

Namun, sebelum Soekarno dan Hatta ditangkap, keduanya memberikan mandat dan instruksi untuk membentuk sebuah pemerintahan alternatif yang akan didirikan di Sumatera. Pemerintahan alternatif ini lebih dikenal sebagai Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Instruksi yang diberikan kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran itu adalah untuk memindahkan kedudukan pemerintah dan menghimpun kembali kekuatan yang sebelumnya terpecah belah.

Baca Juga: Genshin Impact: Setelah Penantian Lama, Eula Akhirnya akan Dapat Giliran Rerun?

Pada awal instruksi, Pemerintahan Darurat Republik Indonesia seharusnya dikerjakan oleh Moh. Hatta. Namun karena Hatta bersama Soekarno tertangkap sebelum bisa mendarat di Jawa, instruksi ini pun dipindahkan ke tangan Syafruddin Prawiranegara.

Lahir pada 28 Februari 1911 di Anger Kidul, Banten, Syafruddin Prawiranegara merupakan seorang keturunan Banten-Minangkabau. Syafruddin lulus dari ELS Serang dan melanjutkan pendidikannya di AMS Bandung pada tahun 1931.

Keinginan Syafruddin untuk meneruskan pendidikannya ke Leiden harus pupus akibat kondisi keuangan keluarganya yang kurang baik. Alhasil, Syafruddin memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke fakultas hukum di Jakarta dan mendapatkan gelar Meester in de Rechten pada September 1939.

Baca Juga: Progam Magang di BUMN, PT Asabri Butuh untuk Banyak Posisi dan Kantor Cabang

Syafruddin dikenal aktif sebagai organ dari pemerintahan. Ia berhasil meningkatkan pengaruhnya terhadap anggota Masyumi yang memiliki sudut pandang Islam modern pada masa itu. Hal ini berhasil membuat Partai Masyumi memiliki jembatan untuk bekerja sama dengan Partai Sosialis yang dipimpin oleh Sutan Syahrir.

Syafruddin juga dikenal aktif mengkritik kasus-kasus korupsi dan penyuapan pada era Soeharto. Sayangnya, kritik dan argument yang ia sampaikan membuatnya dipandang butuk oleh rezim Soeharto. Di sinilah tanda-tanda jatuhnya Syafruddin semakin terlihat.

Syafruddin merupakan satu dari sekian banyak pahlawan Indonesa yang jasanya tertelan oleh masa. Kini Syafruddin Prawiranegara dikenal sebagai “Presiden yang Terlupakan.”

Baca Juga: Ada Hadiah Primogems, Siapa Saja Traveler yang Bisa Dapatkan “Bansos” dari Genshin Impact?

Jasa terbesarnya yang hingga saat ini berpengaruh besar bagi Indonesia adalah bagaimana ia berjuang mempertahankan kedaulatan Indonesia di kala genting dengan memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 113/TK/2011, nama Syafruddin Prawiranegara dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia pada 7 November 2011.***

Halaman:

Editor: Bobby Satria

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X